Dengan menurunkan Samsul Arif sebagai striker tunggal, Nil Maizar kembali melakukan reverse tactic dalam strateginya. Tetapi, secara keseluruhan, Nil tetap bertahan dengan pola 'Andik-Sentris'.
Hanya ada Bambang Pamungkas di bench dalam laga kontra Malaysia, Sabtu (1/12/2012). Sementara Rachmat Syamsudin, yang bermain cukup fungsional ketika menghadapi Singapura tak tercantum namanya. Memainkan Samsul, yang dalam dua pertandingan (Laos dan Singapura) belum pernah turun, dalam momen krusial kontra Malaysia jelas sebuah kejutan -- sekaligus pertaruhan -- yang dilakukan Nil.
Kecuali kegagalannya memanfaatkan peluang, permainan Samsul sejatinya tak buruk-buruk amat jika dilihat dari kacamata permainan secara keseluruhan. Terlebih, mobilitas dan determinasi bomber Persibo Bojonegoro itu juga terlihat lebih konstan dibanding dua striker lain.
Samsul tak enggan untuk turun menjemput bola, membuka ruang, atau sesekali menjadi pilar pertahanan paling awal ketika Indonesia kehilangan bola di attacking third (sepertiga daerah penyerangan). Di menit ketiga, Samsul bahkan sudah membuat attempt off goal (peluang) bagi Indonesia melalui tendangan kerasnya yang masih melenceng di atas mistar gawang Malaysia.
Di lini tengah, Nil tak melakukan perubahan apa pun. Komposisi pemain masih diisi dengan Elie Aiboy dan Okto Maniani sebagai flank (pemain sayap murni) kanan dan kiri. Lalu Taufiq dan Vendry Mofu masih tetap menjadi double pivot (dua pemain jangkar) di tengah. Terakhir ada Irfan Bachdim, yang bermain free role, meski di atas kertas ia diplot sebagaisecond striker.
Ada catatan menarik mengenai posisi Irfan selama di Piala AFF 2012 ini. Pada prinsipnya, Irfan semestinya ditugasi Nil sebagai pendamping Samsul di lini depan atau berada tak jauh di belakangnya. Akan tetapi, pada implementasinya di lapangan, Irfan justru tak jarang bermain dengan multi posisi.
Dalam pengamatan yang terlihat, Irfan memainkan peran mulai dari posisi asli di second striker, hingga posisi 'rumit' sebagai part-false nine atau part-forward destroyer. Dalam kata lain, Irfan diplot Nil sebagai striker sekaligus bukan striker, pemain bertahan sekaligus penyerang. Melalui tinjauan tersebut, posisi Irfan secara teknis dapat disebut sebagai pseudo-midfielder.
Dengan terkonsentrasi di semua lini, stamina Irfan jelas terlihat paling terkuras dalam laga Malaysia. Hingga pada puncaknya ketika laga mulai memasuki menit 80, Irfan sudah kerap salah membagi bola, nihil penetrasi, atau membuka ruang. Ironis: aklimatisasi Irfan mencapai anti-klimaksnya justru dalam laga yang krusial.
Di antara semua lini, kembali, kuartet lini belakang Indonesia menunjukkan sisi teknis yang tak apik. Nopendi, yang dipasang sebagai bek kanan karena Wahyu Wijiastanto absen karena akumulasi kartu kuning, kerap bermain tak tenang. Fachrudin, yang dalam laga kontra Singapura menunjukkan kekokohannya, tak berkutik mengantisipasi umpan-umpan silang Malaysia.
Raphael Maitimo yang kali ini dijadikan bek tengah pendamping Fachrudin, serta Novan Setya di full backkiri, juga turut menunjukkan penurunan performa. Instruksi Nil kepada empat pemain belakangnya tak jauh berbeda ketika menghadapi Singapura: bermain deep (agak ke dalam), tak ada jebakan offside, dan keduafull back diminta meminimalisir naluri ofensifnya.
Secara keseluruhan, Nil memang tak melakukan perubahan radikal dalam taktiknya. Pola 4-4-2 klasik -- yang di atas lapangan dapat diterjemahkan menjadi 4-2-3-1 -- masih setia digunakan Nil. Celakanya, Malaysia sadar betul akan hal tersebut.
Harus diakui, Datuk K. Rajagobal, pelatih Malaysia, memang tampak sudah mengerti bahwa Nil akan meminta trio Okto-Irfan-Elie bergerak off ball secara konstan untuk menggenjot stamina barisan pertahanan Malaysia, agar ketika Andik Vermansah dimasukkan, ia bisa leluasa melakukan penetrasi dengan kecepatan tinggi di antara lini pertahan Malaysia yang sudah kelelahan.
Dengan pemahamannya tersebut, Rajagobal kemudian memilih untuk menginstruksikan para full back-nya untuk membantu tak lama setelah Indonesia mendapat peluang bersih pada menit kenam (melalui Taufiq) dan ke-17 (melalui Irfan). Intruksi Rajagobal sederhana: kuasai dan tekan penuh sisi pinggir Indonesia, serta bermain efektif.
Hasilnya, pada menit ke-26, diawali dari umpan diagonal Mahalli di final third, Azamuddin Akil kemudian sukses menjebol gawang Wahyu Tri Nugroho. Dan selang empat menit setelahnya, giliran Mahalli sendiri yang sukses merobek gawang skuat 'Garuda' setelah melakukan kerja sama apik dengan Wan Zack.
Dua gol di babak pertama tersebut menjadi luka sekaligus 'berkah' bagi taktik Nil. Di satu sisi, gol Malaysia tersebut membuat Indonesia harus lebih bersusah payah mengejar ketertinggalan. Di sisi lain, melalui dua golnya -- yang sama-sama berlangsung di sektor kiri - Malaysia seperti tengah menunjukkan letak cacatnya taktik Nil.
Nil kemudian menaikkan dosis agresivitas skemanya dengan memasukkan Andik. Dari sini, pola 'Andik-Sentris' Nil tak dapat lagi ditutupi: berikan semua bola ke Andik-Andik sprint-Andik umpan/shoot-gol'. Akan tetapi, Malaysia nyatanya -- terlepas dari apakah Rajagobal benar mengetahui taktik Nil seperti demikian atau tidak -- justru mengantisipasi pola 'Andik-Sentris' tadi dengan cenderung bermain agresif menjurus kasar.
Taktik Rajagobal yang demikian bisa berujung karena dua asumsi: pertama, mengasari Andik adalah bagian dari reverse psychology Malaysia kepada Indonesia untuk memancing emosi pemain. Kedua, Rajagobal sudah mengantisipasi bermain dengan 10 orang, maka ia tak keberatan jika pemainnya kerap melanggar Andik.
Akan tetapi, asumsi yang pertama sepertinya lebih masuk akal. Sebab, ketika beberapa pemain di lini belakangnya sudah mengoleksi kartu kuning, Rajagobal kemudian mengubah pola pertahanannya di lini tengah menjadi defensive trivot (tiga gelandang bertahan) dengan memasukkan Gary Steven Robbat. Tujuan taktik pertahanan Rajagobal ini sederhana: bertahan di area, rebut bola, dan secepat kilat lakukanshort counter attack.
Dengan taktik tersebut, taktik Nil praktis menjadi tak berkembang. Taufiq, meski bermain sangat apik, seakan tak memiliki celah untuk memberikan through-pass atau key assist, yang mana juga dialami oleh Vendry Mofu.
Untuk mengimbangi defensive trivot Malaysia tersebut, Nil lalu mencoba menurunkan Tonnie Cusell menggantikan Okto. Alasan Nil jelas, selain untuk mengimbangi lini tengah Malaysia yang siaga untuk terus melakukan konfrontasi fisik, Nil membutuhkan pemain yang mampu mengeksplorasi opposition-half.
Setelahnya, giliran Johny van Beukering yang turun sebagai pemantul bola untuk memaksimalkan polalong ball Nil. Sayangnya, permainan Van Beukering tak berkembang sama sekali sejak ia turun pada menit ke-63
Rajagobal pun sepertinya sudah meminimalisir segala kemungkinan buruk yang menimpa Malaysia setelah mereka unggul dua gol. Dan penyesuaian para pemain terhadap taktiknya juga nyaris sempurna.
Alhasil, 'Skuat Garuda' pun kalah 2-0, tersingkir dari AFF 2012, dan mimpi bertanding di Gelora Bung Karno pun lenyap sudah. Akan tetapi, Nil dan pasukannya mesti paham satu hal: bagi suporter Indonesia, mereka tetap pemenangnya.
Posting Komentar